Kilo Class 636HANOI-(IDB) : Vietnam akan memiliki armada kapal selam dalam tempo enam tahun, kata menteri pertahanan Vietnam mengkonfirmasi laporan-laporan pada Kamis (4/8/2011), pada saat China meningkatkan ketegaran maritimnya yang menyebabkan keprihatinan kawasan.
Media Rusia melaporkan, pada Desember 2009, Vietnam telah sepakat untuk membeli setengah lusin kapal selam tenaga-diesel senilai dua miliar dolar. Namun pihak pemerintah Hanoi tidak bersedia mengomentari berita kesepakatan itu.
"Dalam lima-enam tahun mendatang, kita akan memiliki satu brigade enam kapal selam kelas 636 kilo," kata Menteri Pertahanan Phung Quang Thanh seperti dikutip oleh surat kabar yang dikendalikan negara, Tuoi Tre.
Dalam laporan tersebut Thanh mengatakan, armada itu bukan dimaksudkan sebagai ancaman bagi negara-negara di kawasan. "Membeli kapal selam, rudal, jet-jet tempur dan peralatan lainnya untuk pertahanan diri," katanya tanpa menyebutkan bagaimana Vietnam membayar untuk investasi angkatan lautnya itu.
"Itu tergantung pada kemampuan ekonomi kita. Vietnam belum menghasilkan persenjataan dan peralatan militer modern, yang mahal untuk impor," katanya.
Para ekonom mengatakan, ekonomi negara itu sedang berada dalam kekacauan dengan ancaman inflasi, perdagangan besar dan defisit anggaran, belanja negara tidak efisien, dan kesengsaraan-kesengsaraan lainnya.
"Banyak sistem peralatan persenjataan militer Vietnam yang sudah kuno, tapi pekan ini Vietnam menerima pengiriman pertama dari tiga pesawat patroli pantai untuk polisi laut," kata produsen, Airbus Militer yang berbasis di Madrid.
Ketika berita-berita tentang kesepakatan Rusia pertama muncul, para analis mengatakan akuisisi itu bertujuan untuk memperkuat klaim Hanoi terhadap Beijing di Laut China Selatan.Kedua pihak memiliki sengketa teritorial yang baru-baru ini kembali memanas. Ketegangan-ketegangan meningkat pada Mei ketika Vietnam menuduh kapal penjaga perairan China memotong kabel-kabel eksplorasi kapal survei minyak di zona ekonomi eksklusif negara.
Negara-negara lain di kawasan juga menuduh Cina dalam beberapa bulan terakhir ini menjadi lebih agresif, dalam menegakkan klaimnya atas bagian-bagian dari Laut China Selatan.
Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan juga memiliki klaim yang tumpang tindih untuk semua atau bagian dari perairan itu, yang diyakini kaya akan deposit minyak dan gas.
Sumber: Kompas